Limfoma (lymphoma), atau kanker getah bening, adalah salah satu jenis kanker darah yang berkembang pada sel darah putih bernama limfosit. Limfosit merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh dan berperan besar dalam melindungi tubuh Anda dari infeksi atau penyakit.
Penyakit ini dikelompokkan berdasarkan sel asalnya, morfologi, gambaran, dan kelompok penyakit heterogen. Kanker yang satu ini diklasifikasikan menjadi dua jenis utama. Pertama, limfoma Hodgkin dan kedua limfoma Non-Hodgkin.
Jenis-Jenis Limfoma
Limfoma dibagi menjadi dua jenis, yaitu limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin. Perbedaan utamanya adalah pada jenis sel limfosit yang diserang kanker. Hal ini dapat diketahui melalui pemeriksaan dengan mikroskop.
1. Limfoma Hodgkin
Kanker jenis Hodgkin umumnya terjadi di sel limfosit B. Beberapa subtipe dari kanker jenis ini, yaitu:
- Lymphocyte-depleted Hodgkin’s lymphoma.
- Lymphocyte-rich Hodgkin’s lymphoma.
- Mixed cellularity Hodgkin lymphoma.
- Nodular sclerosis Hodgkin lymphoma.
- Nodular lymphocyte-predominant Hodgkin lymphoma.
2. Limfoma non-Hodgkin
Kanker tipe ini lebih umum terjadi dibandingkan dengan tipe Hodgkin. Tipe non-Hodgkin bisa terjadi di sel limfosit B atau sel limfosit T, serta bisa berkembang dan menyebar secara lambat atau cepat.
Beberapa subtipe pada jenis non-Hodgkin ini, yaitu diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL), Burkitt’s lymphoma, atau follicular lymphoma.
Penyebab Limfoma
Penyebab pasti lymphoma (limfoma) belum diketahui secara pasti. Namun, ada faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena limfoma, yaitu:
- Berusia 60 tahun ke atas, yang lebih berisiko terkena limfoma non-Hodgkin
- Berusia antara 15–40 tahun atau lebih dari 55 tahun, yang lebih berisiko terkena limfoma Hodgkin
- Berjenis kelamin pria
- Memiliki daya tahan tubuh yang lemah, misalnya akibat HIV/AIDS atau mengonsumsi obat imunosupresan untuk jangka panjang
- Menderita penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis, sindrom Sjögren, lupus, atau penyakit celiac
- Menderita infeksi akibat Epstein-Barr, H. pylori, atau hepatitis C
- Terpapar benzene atau pestisida
- Pernah menjalani radioterapi
- Memiliki anggota keluarga yang menderita limfoma
Faktor Risiko Limfoma
Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya limfoma. Misalnya:
- Limfoma lebih sering ditemukan pada lansia di atas 60 tahun.
- Pengidap obesitas.
- Memiliki anggota keluarga yang mengidap jenis kanker ini sebelumnya.
- Berjenis kelamin laki-laki.
- Mengidap penyakit autoimun, yakni penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh seperti HIV atau AIDS, rheumatoid arthritis, atau lupus, bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker limfoma.
- Mengalami infeksi virus tertentu seperti virus hepatitis C, Epstein-Barr, atau herpes HHV8 juga bisa meningkatkan risiko terjadinya limfoma.
Gejala Limfoma
Gejala utama limfoma adalah benjolan yang timbul di beberapa bagian tubuh, seperti leher, ketiak, atau selangkangan. Benjolan tersebut muncul akibat pembengkakan kelenjar getah bening.
Seseorang mungkin merasakan pembesaran kelenjar getah bening pada beberapa area tubuh, seperti:
- Leher.
- Dada atas.
- Ketiak.
- Perut.
- Pangkal paha.
Selain pembengkakan kelenjar getah bening, limfoma dapat menimbulkan gejala berupa:
- Panas dingin.
- Batuk.
- Kelelahan.
- Pembesaran limpa.
- Demam.
- Keringat malam.
- Gatal-gatal.
- Sesak napas.
- Kulit gatal.
- Sakit perut.
- Kehilangan selera makan.
- Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Diagnosis Limfoma
Untuk mendiagnosis limfoma, pada tahap awal dokter akan melakukan wawancara medis seputar gejala dan riwayat penyakit sebelumnya. Setelah itu, barulah dokter melakukan pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa apakah ada pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan, serta memeriksa organ hati dan limpa.
Selanjutnya, dokter dapat meminta pasien menjalani beberapa tes penunjang, seperti:
1. Tes darah
Ada beberapa tes darah yang bisa dilakukan, yaitu tes darah lengkap untuk mendeteksi penurunan sel darah, tes kimia darah untuk memeriksa fungsi ginjal dan hati, serta lactate dehydrogenese (LDH) untuk memeriksa kadar LDH yang biasanya meningkat pada penderita limfoma.
2. Aspirasi sumsum tulang
Saat melakukan aspirasi sumsum tulang, dokter akan menggunakan jarum untuk mengambil darah dan sampel jaringan sumsum tulang. Sampel ini akan diperiksa untuk memastikan keberadaan sel kanker.
3. Pemindaian
Pemindaian dengan foto Rontgen, CT scan, MRI, USG, dan PET scan bisa dilakukan untuk melihat posisi, ukuran, dan penyebaran limfoma.
Stadium Limfoma
Melalui beberapa pemeriksaan di atas, dokter dapat memastikan diagnosis dan menentukan stadium limfoma yang diderita pasien. Berikut adalah penjelasan tentang stadium limfoma:
- Stadium 1
Pada stadium ini, sel kanker menyerang salah satu kelompok kelenjar getah bening. - Stadium 2
Pada tahap ini, kanker sudah menyerang dua kelenjar getah bening atau sudah menyebar ke organ di sekitarnya. Namun, penyebarannya terbatas di tubuh bagian atas atau bagian bawah saja, dengan diafragma sebagai batasan, misalnya pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak dan leher. - Stadium 3
Pada tahap ini kanker sudah menyerang tubuh bagian atas dan bawah. Kanker juga mungkin sudah menyerang organ - Stadium 4
Kanker sudah menyebar melalui sistem getah bening dan masuk ke berbagai organ, seperti paru-paru, hati, atau tulang.
Pengobatan Limfoma
Pengobatan limfoma akan disesuaikan berdasarkan kondisi kesehatan, usia, serta jenis dan stadium limfoma yang dialami pasien. Dokter akan menyarankan berbagai macam jenis pengobatan di bawah ini:
- Obat-obatan
Obat kemoterapi, seperti vincristine, dan obat imunoterapi, seperti rituximab, akan diberikan untuk membunuh sel limfoma. - Radioterapi
Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan radiasi sinar khusus untuk membunuh sel kanker. - Transplantasi sumsum tulang belakang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan jika limfoma sudah berada di sumsum tulang. Tindakan ini dilakukan untuk menggantikan jaringan sumsum tulang yang rusak akibat limfoma dengan jaringan sumsum tulang yang sehat.
Perlu diketahui, tidak semua penderita limfoma membutuhkan penanganan medis secepatnya. Jika kanker yang diderita termasuk jenis yang lambat berkembang dan tidak menimbulkan gejala, dokter akan menyarankan untuk menunggu dan melihat perkembangannya.
Pencegahan Limfoma
Hingga saat ini, cara efektif untuk mencegah limfoma masih belum diketahui. Meski begitu, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risikonya, yaitu:
- Menggunakan kondom ketika melakukan aktivitas seksual untuk menurunkan peluang tertular HIV.
- Menghindari penggunaan narkoba suntik atau menggunakan jarum suntik yang bersih saat menyuntikkan narkoba. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko tertular HIV atau hepatitis C.
- Menjaga berat badan tetap ideal dan tetap aktif secara fisik, agar terhindar dari obesitas.
- Mengonsumsi makanan bergizi dengan banyak buah, sayuran, dan biji-bijian.
Namun, beberapa faktor risiko, seperti usia dan riwayat keluarga, bersifat tetap dan tidak dapat diubah.
Kapan Harus ke Dokter?
Bila kamu atau orang terdekat mengalami gejala-gejala limfoma, segeralah memeriksakan kondisi kesehatan ke dokter. Tujuannya tentu saja agar gejala yang dialami segera didiagnosis, sehingga penanganan dapat dilakukan sedari dini. Dokter.My dapat membantu anda untuk terhubung dengan dokter yang berpengalaman di salah satu rumah sakit ternama di Kuching Malaysia.
Comment