Osteoporosis adalah penyakit yang menyebabkan penipisan dan pelemahan tulang. Kondisi ini dianggap sangat berbahaya karena efek yang dihasilkannya terhadap pergerakan dan gaya hidup pasien. Osteoporosis dan pendahulunya, osteopenia (kepadatan tulang yang rendah), dapat menghentikan tingkat kegiatan seseorang dan menurunkan kualitas hidupnya.
Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, kondisi ini bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
- Osteoporosis primer, yang terjadi pada wanita pascamenopause dan wanita atau pria berusia lanjut. Jenis ini terjadi akibat penurunan hormon estrogen pada usia lanjut atau setelah menopause yang memicu pengeroposan tulang.
- Osteoporosis sekunder, disebabkan oleh penyakit atau kelainan tertentu, akibat tindakan operasi, atau pemberian obat.
Penyebab Osteoporosis
Tulang mengalami proses pembaruan secara konstan. Tulang baru dibuat dan tulang lama dihancurkan. Ketika masih muda, tubuh bisa membuat tulang baru lebih cepat daripada memecah tulang tua dan massa tulang meningkat. Setelah awal usia 20-an, proses tersebut melambat, dan kebanyakan orang mencapai puncak massa tulang pada usia 30 tahun. Seiring bertambahnya usia, massa tulang hilang lebih cepat daripada pembentukannya.
Untuk memahami perkembangan keropos tulang (osteoporosis), penting untuk memahami cara kerja tulang. Sebagai jaringan hidup, tulang tidak hanya diam sepanjang hidup kita. Tubuh kita sebenarnya menghancurkan tulang-tulang lama dan menggantinya dengan tulang-tulang baru.
Gejala Utama Osteoporosis
Meskipun bersifat merusak, keropos tulang merupakan kondisi kesehatan yang berkembang dengan lambat dan sedikit atau tidak menunjukkan tanda-tanda sama sekali. Karena hal ini, banyak penderita keropos tulang yang tidak menyadari mereka terkena kondisi ini sampai mereka mengalami kecelakaan dan mengalami patah tulang karena kejadian tersebut. Ini berarti penyakit ini seringkali dibiarkan berkembang dan bertambah parah sebelum pasien menyadarinya dan menjalani perawatan.
Beberapa gejala keropos tulang antara lain:
- Nyeri Punggung yang parah
- Hilangnya berat badan
- Bentuk tubuh yang buruk
- Patah tulang
Faktor Risiko Osteoporosis
Faktor risiko osteoporosis meliputi banyak kondisi, di antaranya bisa dimodifikasi dan sebagian lainnya tidak dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
- Hormon seks. Kadar estrogen yang rendah berkaitan dengan siklus menstruasi yang tidak teratur, maupun menopause dapat menyebabkan osteoporosis pada perempuan. Sedangkan pada laki-laki, kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan penyakit tulang ini. Hal ini dapat dimodifikasi dengan perubahan pola makan dan juga terapi hormonal.
- Anoreksia nervosa. Pada anoreksia nervosa, tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang seharusnya, sehingga kekurangan komponen yang dibutuhkan untuk menjaga kepadatan tulang.
- Konsumsi kalsium dan vitamin D yang kurang dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh.
- Penggunaan obat-obatan tertentu.
- Kurangnya aktivitas fisik.
- Merokok.
- Konsumsi alkohol
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
- Jenis kelamin. Perempuan lebih rentan mengalami osteoporosis daripada pria.
- Usia. Sebagai penyakit degeneratif, osteoporosis menyerang individu dengan usia lanjut sekitar 40 tahun ke atas.
- Ukuran tubuh yang kecil dan kurus pada perempuan.
- Perempuan dengan etnis Kaukasia dan Asia memiliki risiko paling tinggi dibanding perempuan Hispanik dan kulit hitam.
- Riwayat keluarga dengan osteoporosis.
Diagnosis Osteoporosis
Diagnosis osteoporosis biasanya dilakukan oleh dokter dengan menanyakan riwayat medis lengkap dan melakukan pemeriksaan fisik. Bisa pula ditambah dengan pemeriksaan penunjang seperti rontgen tulang, densitometri tulang, dan tes laboratorium khusus.
Jika dokter mendiagnosis massa tulang yang rendah, dokter mungkin melakukan tes tambahan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang dapat menyebabkan keropos tulang. Densitometri tulang biasanya dilakukan pada wanita yang menginjak usia menopause. Beberapa jenis densitometri tulang digunakan untuk mendeteksi keropos tulang di berbagai area tubuh.
Pengobatan Osteoporosis
Pengobatan osteoporosis meliputi mengobati dan mencegah patah tulang, serta menggunakan obat-obatan untuk memperkuat tulang. Berikut beberapa obat-obatan yang bisa diberikan untuk mengatasi osteoporosis:
- Bifosfonat. Obat ini paling sering diresepkan untuk pria dan wanita yang memiliki peningkatan risiko patah tulang.
- Denosumab. Dibandingkan bifosfonat, denosumab menghasilkan kepadatan tulang yang lebih baik dan mengurangi kemungkinan semua jenis patah tulang.
- Terapi hormon. Terapi estrogen yang dimulai segera setelah menopause bisa membantu menjaga kepadatan tulang.
- Obat pembentuk tulang. Pengidap osteoporosis parah atau bila perawatan umum tidak bekerja dengan baik, maka dokter mungkin akan memberi obat pembentuk tulang.
Pencegahan Osteoporosis
Pencegahan osteoporosis bisa dilakukan dengan berbagai cara:
- Diet
Diet sehat dengan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup membantu membuat tulang pengidap kuat. Banyak orang mendapatkan kurang dari setengah kalsium yang mereka butuhkan. Sumber kalsium yang baik adalah susu rendah lemak, yoghurt, keju, jus jeruk, sereal, dan roti. Vitamin D juga dibutuhkan untuk tulang yang kuat. Beberapa pengidap mungkin perlu mengonsumsi pil vitamin D.
- Olahraga
Jenis-jenis olahraga yang bisa mencegah osteoporosis, yaitu: - Berjalan.
- Mendaki.
- Joging.
- Naik tangga.
- Angkat beban.
- Tenis.
- Dansa.
- Gaya Hidup
Untuk mencegah osteoporosis, gaya hidup yang dianjurkan yaitu berhenti merokok dan kurangi konsumsi alkohol.
Comment