Hipospadia adalah kondisi bawaan bayi laki-laki berupa lubang kencing yang tidak berada pada posisi normal di ujung penis. Sekitar 4-6 tiap 1.000 bayi laki-laki yang lahir dapat mengalami hipospadia. Beberapa studi menyatakan peningkatan jumlah penderita hipospadia berhubungan dengan kemampuan bertahan bayi dengan berat lahir rendah. Hipospadia menjadi salah satu larangan (kontraindikasi) sunat bagi anak laki-laki, sehingga apabila anak akan disunat pastikan tidak mengalami hipospadia atau hipospadia sudah tertangani dengan baik.
Apa saja Jenis-Jenis hipospadia?
Lubang kencing penderita hipospadia dapat ditemukan pada lokasi lain selain ujung penis. Terdapat berbagai jenis hipospadia berdasarkan lokasi lubangnya, yakni:
Tipe Anterior / Distal
Jenis ini merupakan hipospadia yang sering dialami oleh anak dan biasa
disebut dengan hipospadia derajat 1. Tipe anterior terdiri dari
subcoronal, glandular, dan sine. Lokasi lubang kencing masih terletak di
sekitar ujung penis, sehingga terkadang anak atau orang tua tidak
menyadari kelainan lokasi tersebut.
Tipe Medial / Penil
Hipospadia jenis ini disebut juga hipospadia derajat 2. Pada tipe ini lokasi
lubang kencing berada di tengah penis khususnya terletak di antara kepala dan batang penis. Hipospadia medial biasanya disertai dengan kelainan penyerta, seperti tidak ada kulupnya sehingga penis melengkung ke bawah atau menjadi pipih.
Tipe Posterior / Proksimal Jenis hipospadia derajat 3 merupakan jenis hipospadia yang paling parah.
Pada jenis ini, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu karena lokasi lubang kencing berada di pangkal penis. Berdasarkan lokasi di posterior, tipe posterior terdiri dari penoscrotal, scrotal, dan perineal. Penoscrotal berada di antara batang penis dan buah zakar (skrotum), scrotal berarti terdapat lubang kencing di buah zakar, dan perineal dapatterjadi di selangkangan.
Bagaimana gejala yang muncul pada penderita hipospadia?
Umumnya hipospadia dapat ditegakkan segera setelah bayi lahir. Diagnosis
dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik pada penis untuk mencari gejala yang muncul. Namun, pada hipospadia derajat 3 biasanya dokter melakukan tes kromosom dan pemindaian kelamin untuk memastikan kondisi hipospadia.
Gejala paling menonjol yang terjadi pada penderita hipospadia terletak pada lokasi lubang kencing di penis dan arah percikan kencingnya. Orang tua harus memperhatikan 2 hal tersebut pada anak laki-lakinya
- Lubang kencing tidak berada di ujung penis
- Percikan kencing tidak normal saat buang air kecil
- Penis melengkung ke bawah
- Penis berkerut karena hanya bagian atas penis yang tertutup kulup
Jika tampak beberapa gejala tersebut pada anak, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan sejak awal. Hipospadia berpengaruh pada kemampuan berkemih anak saat fase toilet training. Apabila tidak segera dilakukan penanganan, hipospadia dapat menyebabkan kelainan bentuk penis dan kemandulan di kemudian hari akibat terjadi gangguan ejakulasi.
Lalu, bagaimana penanganan hipospadia?
Penanganan hipospadia yang paling sering yakni operasi, pembedahan bertujuan untuk memperbaiki posisi lubang kencing dengan cara membuat lubang kencing baru di ujung kepala penis dan memperbaiki kelengkungan penis. Tindakan ini akan dilakukan oleh dokter spesialis bedah plastik dibantu dengan dokter spesialis bedah anak, urologi, dan psikiater. Tindakan operasi akan dilakukan dalam 2 tahap dengan jangka waktu 6 bulan. Tahap pertama berupa pengambilan jaringan dan tahap kedua mulai untuk merekonstruksi lubang kencing. Mengingat kondisi ini adalah bawaan lahir, maka waktu ideal untuk dilakukan operasi saat anak berusia 4 bulan hingga 1,5 tahun.
Biaya operasi hipospadia dapat berbeda-beda di setiap rumah sakit, tergantungpada fasilitas dan lama rawat inap setelah operasi. Namun, secara umum kisaran biaya operasi hipospadia mulai dari Rp 12.000.000 hingga Rp 80.000.000.
Comment